Menjadikan olahraga sebagai pembangkit semangat dalam berkompetisi dapat terlihat melalui sebuah gambaran yang sangat jelas pada Badan Pembina Olahraga Cacat (BPOC). Sebagai badan pembinaan BPOC hadir sebagai sebuah mediator bagi para penca (penyandang cacat) untuk tampil sebagai atlit atlit tangguh yang berlaga disegenap even. BPOC Sumut dalam hal ini merupakan sebagai salah satu wadah pembinaan bagi para penca ditanah air. Memberikan seluas-luasnya kesempatan bagi para atlit untuk berolahraga dan berprestasi tanpa harus minder dengan keadaan yang disandangnya. Dan untuk itu kehadiran BPOC Sumut adalah untuk memberikan sebuah rangsangan pada para atlit bahwa keadaan fisik yang terbatas bukanlah hal yang berimplikasi pada dampak buruk namun terlepas dari itu ia merupakan sebuah motivasi yang mampu memberikan sebuah variasi daya juang yang luar biasa.
Segenap usaha dalam memberikan tempat bagi olahraga para penca ditanah air saat ini kesannya masih minim. Hal ini bisa dilihat dari kompetisi-kompetisi bagi para penyandang cacat tidak begitu memiliki perhatian dimata masyarakat. Bahkan lebih parahnya lagi jika ditanya mereka justru tidak mengetahui pasti akan keberadaan even olahraga bagi para penca. Hal ini adalah sebuah gambaran bahwa para penca masih mengalami sebuah diskriminasi dalam peranannya ditengah masyarakat.
Kehadiran even nasional seperti PORCANAS (Pekan Olahraga Cacat nasional) yang momennya baru saja usai diadakan di Kalimantan Timur belum sepenuhnya menggambarkan bagaimana perlakuan marginalisasi terhadap para penyandang cacat. Lantas apakah segala perlakuan yang telah dilakukan dalam rangka pemberdayaan kaum penyandang cacat salah, maka tentu tidak dalam hal ini tentu kita sangat berterima kasih kepada pemerintah, namun untuk lebih lanjut kedepan even-even nasional yang akan digelar mestinya antara satu dan yang lainnya saling berkordinasi.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar