google advertisement

Selamat datang di blog BPOC Sumut

Olahraga Untuk Prestasi, Prestasi Untuk Bangsa dan Negara

Sabtu, 06 September 2008

Peranan Olahraga Sebagai Mediasi Prestasi Bagi Penyandang Cacat di Sumatera Utara

Manusia terlahir didunia tidak semuanya mempunyai kondisi tubuh yang lengkap, diantara keseluruhan bayi yang dilahirkan setiap waktunya terdapat beberapa diantaranya mengalami kondisi cacat tubuh. Dan kondisi kecacatan tersebut bervariatif ada yang mengalami kecacatan tubuh bagian atas, ada yang mengalami kecacatan bagian bawah bahkan ada juga yang mengalami kedua-duanya, namun kendati cacat secara fisik tidak demikian halnya terhadap pola fikir. Dalam perkembangan dunia menuju masa sekarang ini peran-peran para penyandang cacat tidak dapat dipandang dengan sebelah mata sebab para pendahulu-pendahulu yang menciptakan temuan-temuan spektakuler terhadap perkembangan dunia, terdapat salah satu diantaranya penyandang cacat, dan tidak hanya itu dalam hal berolahragapun mereka juga mampu bersaing dan berkompetisi dengan sesama penyandang cacat bahkan dengan para orang yang normal sekalipun, dan hal ini dibuktikan pada saat penyelenggaraan Olimpiade di Beijing 2008 baru-baru ini diantara ribuan atlit yang berlaga terdapat seorang petenis meja putri yang cacat pada tangannya dan hal terserbut bukan menjadi hambatan baginya untuk bertanding dan memperoleh yang terbaik.
Namun diantara banyak contoh keberhasilan yang telah diukir oleh para kaum cacat dalam memberikan kontribusinya terhadap perkembangan dunia, lantas apakah dengan sendirinya pribadi dan prilaku tangguh tersebut terbentuk, dan bagaimana mereka menepis pandangan-pandangan miring terhadap orang-orang yang meragukan akan kredibilitas mereka terutama dalam berolahraga apakah pandangan masyarakat sudah memahami bahwa dengan kondisi tubuh yang sedemikian mereka mampu berolahraga, berkompetisi dan berprestasi. Tentu pertanyaan-pertanyaan tersebut membutuhkan waktu yang panjang dalam menjawabnya sebab jawaban yang diminta adalah bukan jawaban yang sifatnya hanya berlatar belakang iba semata namun jawaban jawaban yang terprogram dan mampu memberikan peran kepada mereka guna kemajuan masa depan para Penca.

Olahraga Sebagai Mediasi Prestasi
Sebagai dunia yang dinamis yang sarat akan kompetisi. Untuk mengusung olahraga menjadi media prestasi tidak membutuhkan banyak persyaratan sebab dalam olahraga siapa saja berhak untuk melakukannya sekalipun para Penca (penyandang cacat). Terhitung semenjak BPOC (Badan Pembila Olahraga Cacat) sumatera utara hadir di pentas olahraga nasional banyak sudah prestasi-prestasi yang dipersembahkan melalui atlit-atlit binaannya baik di peringkat nasional maupun internasional. Banyak nama-nama atlit yang berjasa dalam menaikkan bendera Sumatera Utara dan terakhir yang baru saja usai adalah momentum Porcanas XIII 2008 Kalimantan Timur. Sumatera Utara yang menempati peringkat IV Nasional mampu memberikan kontribusi 26 Medali emas, 26 Medali Perak dan 14 Medali Perunggu. Sebuah prestasi yang cukup spektakuler yang dengan berkekuatan 50 atlit disegala cabor BPOC Sumut tampil dengan memuaskan.

Respon publik terhadap prestasi atlit cacat
Di Sumatera Utara saat ini apresiasi pemerintah dalam hal mengayomi para atlit-atlit cacat sudah menunjukkan perhatian yang lumayan besar, terlihat beragam seremonial keolahragaan yang dihadiri para petinggi-petinggi daerah senantiasa menghadirkan para atlit penyandang cacat. Selama momen Porcanas XIII (Pekan Olahraga Cacat Nasional) berlangsung media aktif memberitakan kepada public tentang keberadaan para atlit cacat yang berprestasi.
Namun respon public yang terjaring tidak begitu apresiatif dan bahkan cenderung adem, pemberitaan tentang prestasi belum dianggap upaya maksimal dari kerja keras sang atlit, dan ironisnya lagi setiap penyelenggaraan even olahraga cacat terkesan kurang begitu eksklusif, walaupun momen tersebut levelnya tingkat nasional. Bahkan di Kalimantan Timur sendiri tuan rumah Porcanas XIII kelihatannya kurang begitu sigap, walaupun sebelumnya telah mengadakan PON XVII.
32 Provinsi yang mengirimkan dutanya untuk berlaga di even nasional tersebut, belum memperlihatkan antusias yang mendukung pertumbuhan olahraga penyandang cacat. Dan imbasnya setiap perlombaan yang dilombakan berdasarkan klasifikasi kecacatan terkesan kurang kompetitif. Banyak venue yang menjadi tempat diselenggarakannya lomba justru sepi dari penonton. Hal ini mengindikasikan apakah untuk olahraga bagi penyandang cacat tidak layak untuk disaksikan public apa memang untuk ditutup dari perhatian public.

Haornas ke 25 sebagai tonggak pemecah dinding diskriminasi
Momentum HAORNAS 25 (Hari Olahraga Nasional) kali ini adalah momen yang diharapkan mampu menjadi sebuah tonggak (starting point) terpecahnya dinding diskriminasi. Perlakuan diskriminatif selayaknya tidak dilontarkan dipermukaan, sebab sebagaimana keinginan dari pemerintah untuk memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat maka memberikan prioritas bagi perkembangan dunia olahraga penyandang cacat merupakan salah satu opsi yang dapat dipilih. Dalam ruang gerak olahraga bagi penyandang cacat banyak gambaran dan persefektif yang dapat ditarik menjadi sebuah bahan ikhtibar (pelajaran) sebagaimana mengutip dari pidato GUBSU H.Syamsul Arifin,SE saat menyambut kepulangan atlit cacat Sumut dan pemberian tali asih beliau menyatakan bahwa, “selayaknya sebuah ikhtibar maka dari prestasi yang diperoleh para atlit cacat mengindikasikan bahwa, setiap orang bisa berprestasi walaupun dalam kondisi terbatas, segala pemberian dari Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa semuanya tidak ada yang sia-sia, semua kejadian dan semua pemberian memiliki makna, dan ini adalah sebahagian dari bukti tersebut, bukti dimana kondisi tubuh yang tidak lengkap atau cacat mampu untuk mambawa nama daerah dan menjadi putra putri kebanggaan.
Haornas ke 25 kiranya menjadi sebuah tolak ukur dan neraca bagi perkembangan olahraga di Sumatera Utara. Potensi untuk menggali bibit atlit berprestasi hendaknya tidak dilakukan hanya karena sebuah momen olahraga baru akan digelar. Pembinaan olahraga harus dilakukan dengan tanpa mengedepankan dinding diskriminasi dan cenderung harus lebih kepada prestasi. Dengan andilnya para atlit penyandang cacat dipentas olahraga nasional dan internasional kiranya mampu menciptakan warna tersendiri dari kemajuan olahraga ditanah air.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Maju terus....

Prestasi Tanpa Diskriminasi...